POTENSI
KESENIAN DAN PERMAINAN TRADISIONAL
Ragam/jenis seni pertunjukan/non pertunjukan
Kethoprak Krido Budoyo
Jenis Seni
Kethoprak
Nama Pimpinan
Bp. Supriyanto
Tanggal Pendirian
14 juni 1999
Alamat
Keputren
Jumlah Anggota
32 Anggota
Jadwal Latihan
Setiap Malam Sabtu
Pengalaman Pagelaran
Prestasi
Kesenian kethoprak di dusun keputren merupakan kesenian andalan pada jamannya, bahkan saking populernya kesenian ini sampai ada 2 grup kethoprak dalam satu kampung, yakni NGESTI BUDOYO dan TIMBUL KRIDHO BUDHOYO. Kedua grup ini saling bergantian untuk mengadakan pentas baik di dalam maupun diluar daerah. Namun seiring perkembangan jaman dan generasi serta situasi ekonomi pada waktu itu satu persatu kesenian ini kian jarang melakukan latihan ataupun pentas dan akhirnya tidak ada lagi yang mampu bertahan. Hanya terkadang pada saat perayaan merti dusun kesenian kethoprak ini ditampilkan dengan para pemain lama yang di campur dengan pemain muda yang berminat menekuni kesenian kethoprak ini.
Pada tahun 1983 barulah muncul adanya kelompok muda mudi yang terketuk dan menghidupkan kembali kethoprak ini dengan pemain-pemain muda dari organisasi muda-mudi yang ada di Keputren. Anak-anak muda ini begitu tertarik dengan kesenian kethoprak, kemudian mereka giat berlatih dan sering mengadakan pentas setiap tahun baik itu untuk acara perayaan hari kemerdekaan maupun acara merti dusun yang ada di dusun Keputren sampai sekarang.
Alhamdulillah pada tahun 2019-2020 kesenian kethoprak anak anak dari muda-mudi keputren ini kemudian di register ke Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul dengan Nama Paguyuban Kethoprak Muda ” KRIDHO BUDOYO ”
Keroncong Laras Setya
Jenis Seni
Orkes Keroncong
Nama Pimpinan
Bpk. Supriyanto
Tanggal Pendirian
16 Februari 2009
Alamat
Keputren
Jumlah Anggota
16 Anggota
Jadwal Latihan
Malam jumat
Pengalaman Pagelaran
Prestasi
Paguyuban / grup orkes keroncong Laras Setya yang beralamat di Dusun Keputren, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul ini sebenarnya sudah berdiri lama atau tepatnya sekitar tahun 1990 silam. Dengan personil warga masyarakat setempat yang memang awalnya dulu adalah para musisi keroncong. Meski dengan peralatan yang semuanya dari pinjaman kami berusaha untuk tetap bisa bertahan meski hal itu tidaklah mudah karena setiap latihan harus mengambil peralatan dari tempat lain yang letaknya lumayan jauh. Namun dari situlah kemudian kami punya komitmen bersama untuk bisa tetap eksis meski dengan peralatan pinjaman. Oleh sebab itu, kemudian kami sepakat untuk memberikan nama Grup Orkes Keroncong tersebut ” Bangun Lestari ” yang maknanya membangun kembali adanya musik keroncong yang pernah ada ini dan berkomitmen dan bertekat akan menjaga serta melestarikannya.
Dari nama itu lambat laun latihan kami jadi makin serius dan mulai bisa berkembang dengan baik, banyak warga sekitar kampung yang ikut bergabung ke grup kami sehingga latihan kami semakin ramai dan sedikit demi sedikit kami sudah bisa mengupayakan peralatan sendiri meski belum bisa semuanya, namun sudah sangat membantu dalam hal latihan rutinnya.
Ditengah kami mulai tertata semuanya, pada bulan Mei 2006 bencana alam yang menimpa wilayah Bantul waktu itu menghancurkan semuanya termasuk peralatan Keroncong yang kami bangun selama ini hampir semuanya rusak, begitu juga dengan beberapa personil kami yang harus meninggalkan kami karena menjadi korban dari bencana tersebut. Kami pesimis akan bisa bangkit kembali karena begitu dahsyatnya bencana tersebut. Namun Alhamdulilah bencana tersebut segera berlalu karena kesigapan pemerintah dalam membangun kembali wilayahnya. Setelah keadaan kembali normal kami dan beberapa personil yang masih diberikan umur panjang mencoba merintis kembali berdirinya orkes keroncong yang pernah dulu pernah ada tersebut.
Dengan berbekal semangat kami mencoba mengumpulkan peralatan yang masih tersisa dan masih bisa digunakan meski banyak yang mesti diperbaiki. Pelan namun pasti kami bisa membangun kembali Grup Keroncong ini dengan menggandeng teman-teman yang mau bergabung. Dari situ kemudian kami sepakat mendirikan Grup kroncong yang baru dengan nama :
”Laras Setya” yang maknanya adalah sebagai berikut : Laras yang berarti sesuai atau kesesuaian antara satu dengan yang lain dalam hal berkesenian, sedang Setya adalah dari kata setia atau kesetiaan kami terhadap musik keroncong dan bertekat untuk mengabdi, menjaga dan memelihara musik keroncong ini, sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang harus dipertahankan dan tetap ada sampai generai berikutnya.
Itulah arti sesungguhnya dari nama Laras Setya yang sebenarnya. Meski dengan peralatan yang mungkin terlalu usang dan tua karena bencana alam yang tak bisa dihindarkan. Harapan kami semoga dengan besarnya perhatian pemerintah sekarang ini, kami diberikan fasilitas agar kami bisa bertahan dan menjaga warisan seni budaya yang luhur
Jathilan Pari Kesit
Jenis Seni
Jathilan
Nama Pimpinan
Bp. Supriyanto
Tanggal Pendirian
11 September 2001
Alamat
Keputren
Jumlah Anggota
33 Anggota
Jadwal Latihan
Malam minggu ke2/bulan
Pengalaman Pagelaran
Prestasi
Paguyuban kesenian Jathilan Kudho Pari Kesit yang beralamat di Dusun Keputren, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul ini sebenarnya sudah berdiri lama atau tepatnya sekitar tahun 1980 silam atau bahkan mungkin lebih dari itu. Namun sebenarnya bukan kesenian Jathilan, akan tetapi Kesenian Reog dimana anggotanya sebagian besar orang orang tua yang lebih mengedepankan bentuk tariannya dipadu dengan tokoh lucu 2 orang penthul bejer dan 2 parogo kempong perot yang menjadi kembang dalam setiap pertunjukannya. Reog sendiri pada waktu itu sering mengadakan pentas di internal kampung karena memang kesenian ini selalu menghiasi dalam setiap perayaan merti dusun yang di selenggarakan setiap tahunnya.
Selain itu kesenian ini juga selalu tampil dalam setiap ada kunjungan ataupun kegiatan kampung lainnya, sehingga dalam setiap tahun rata rata bisa pentas 3 – 4 kali. Hal inilah yang kemudian membuat kesenian ini mampu bertahan dan bersemangat dalam hal latihan rutin. Namun seiring perkembangan waktu, dan para tokoh tokoh generasi tua yang mulai berkurang, mulailah masuk generasi muda yang mulai mencoba meneruskan kesenian ini. Anak anak muda inilah yang kemudian mencoba mengembangkan kesenian reog ini dengan kesenian jathilan, dengan alat musik yang ada dalam kesenian reog tersebut. Sehingga dalam tiap kali pementasan, penonton sekaligus akan dapat menonton dua pertunjukan yaitu Reog dan Jathilan. Sayangnya kolaborasi kesenian Reog dan jathilan ini tidak berlangsung lama, karena begitu generasi tua sudah mulai tidak bisa aktif lagi, Kesenian Reog ini berangsur mulai surut, anak anak mudanya cenderung lebih memilih kesenian Jathilan yang lebih mudah di kembangkan dan iramanya bisa bervariatif. Sehingga pada tanggal 16 September 2003 anak anak muda ini kemudian sepakat menekuni kesenian Jathilan ini secara serius akan tetapi tetap tidak meninggalkan akarnya yaitu Pari Kesit.
Maka atas masukan dan saran dari tokoh tokoh masyarakat Jathilan ini tetap di kemas dengan nama Paguyuban Reog & Jathilan KUDHO PARI KESIT sampai sekarang. Nama Pari Kesit sendiri waktu itu diambil dari nama tokoh pewayangan putra Abimanyu yang menjadi raja di Astina yang mempunyai sifat Bijaksana, Jujur dan adil. Sehingga diharapkan dengan menjadi seniman itu kita semakin bijaksana dalam menyikapi masalah, jujur dalam setiap perbuatan perkataan dan adil dalam urusan rezeki, berat sama dipikul ringan sama di jinjing.
Gejog Lesung Setyo Rini
Jenis Seni
Gejog Lesung
Nama Pimpinan
Ibu Pulung Nugrohowati
Tanggal Pendirian
06 Juni 2004
Alamat
Keputren
Jumlah Anggota
28 Anggota
Jadwal Latihan
Malam minggu wage
Pengalaman Pagelaran
Prestasi
Gejog Lesung adalah salah satu kesenian dari Yogyakarta, dan kesenian ini muncul sebagai ungkapan rasa syukur para petani karena hasil panen yang melimpah pada waktu itu. Lesung itu sendiri adalah sebuah alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu panjang besar yang kemudian berbentuk seperti perahu, yang digunakan untuk menumpuk hasil padi para petani dengan menggunakan Alu ( batang kayu panjang untuk menumbuk padi di dalam lesung, sehingga menghasilkan bunyi dan irama yang indah, apalagi dengan nyanyian tembang tembang jawa yang popular pada waktu itu, irama lesung itu menjadi semakin tampak nyaman dan menenangkan hati yang mendengarkannya.
Berawal dari situlah kemudian kesenian Gejog lesung itu kemudian menjadi suatu seni pertunjukkan yang sering dipentaskan oleh masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan yang sebagian besar memang petani. Seiring dengan perkembangannya waktu, kesenian ini juga sering di perdengarkan saat terjadi gerhana matahari ataupun gerhana bulan.
Namun sayangnya saat ini jarang bisa kita jumpai kesenian Gejog lesung ini sekalipun di masyarakat pedesaan, bahkan banyak yang sudah tidak mengetahui tentang kesenian ini. Inilah yang menjadi keprihatinan kita saat ini, karena jika hal ini tidak terantisipasi dengan baik, hanya tinggal menunggu waktu kapan kesenian akan hilang. Jika kita mampu menjaga warisan budaya dengan baik, kita bisa menggunakannya sebagai ajang promosi ditingkat internasional, sehingga kekayaan budaya yang kita miliki ini mampu mengangkat citra bangsa di mata dunia. Amin.
Karawitan Sentono Laras
Jenis Seni
Karawitan
Nama Pimpinan
Bpk Sugeng Haryadi
Tanggal Pendirian
Th 2007
Alamat
Gunung Kelir
Jumlah Anggota
10 Anggota
Jadwal Latihan
Kamis Pahing
Pengalaman Pagelaran
Pentas Bersama Kethoprak FKB Pleret
Prestasi
Karawitan Sentono Laras berdiri pada tahun 2007. Pendirian kelompok karawitan ini terinspirasi dari masyhurnya kelompok seni yang sejak dulu berkembang di Gunung Kelir namun telah lama vakum. Oleh karenanya, kelompok karawitan hadir dengan formasi lengkap mulai dari kelompok ibu, bapak, hingga anak muda. Masing masing berlatih mulai dari malam selasa, malam rabu, hingga malam kamis. Adapun kelompok muda, pada tahun 2013 lantas membuat perkumpulan sendiri dengan nama Laras Hoki.
Sholawat Jawa Ngesti Purnomo
Jenis Seni
Shalawat Jawa
Nama Pimpinan
Bpk Ahmad Sudarmi Spd
Tanggal Pendirian
01 Januari 1985
Alamat
Karet
Jumlah Anggota
25 Anggota
Jadwal Latihan
Setiap Minggu
Pengalaman Pagelaran
Gelar Budaya Pleret
Prestasi
Sholawat Jawa Ngesti Purnomo Berdri pada tanggal 1 Januari 1985 dibawah asuhan Simbah Kyai Sholeh dari Jejeran. Pada awal berdirinya Ketua Bapak Juari Warto Sudarmo dengan anggota 15 ORANG.
Saat ini anggotanya sudah berubah menjadi 25 orang dengan mengalami regenerasi anggota dan kepengurusan. Latihan setiap minggu sekali dan setiap bulan sekali dipentaskan dipendopo Purwatmajan karet pleret.
Hadroh Roudlatul Muta'allimin
Jenis Seni
Hadroh
Nama Pimpinan
H. Basuki Abdullah
Tanggal Pendirian
2 Okt 2015
Alamat
Karet
Jumlah Anggota
Jadwal Latihan
Malam Kamis 2
Pengalaman Pagelaran
Prestasi
Hadroh Roudlotul Muta’allimn berdiri sejak tanggal 2 Oktober 2015. Latihan berjalan tiap malam kamis dua minggu sekali, di Mushola Roudlatul Muta’allimn Karet.disamping membaca sholawat juga diisi kajian kitab oleh KH Basuk Abdullah.
Tari Kreasi Sanggar Tari Ersa
Jenis Seni
Tari
Nama Pimpinan
Dian
Tanggal Pendirian
Th 2010
Alamat
Kauman
Jumlah Anggota
50 Anggota
Jadwal Latihan
Seminggu sekali
Pengalaman Pagelaran
Taman Budaya Yogyakarta
JEC
Rabu Pungkasan
Pasar Malam "Sekaten"
Prestasi
Keberadaan seni tari sangat didukung oleh masyarakat, pelaku seni, dan pemerintah daerah. Khususnya Sanggar Tari Ersa Kauman Bantul sebagai pendorong motivasi masyarakat dalam melestarikan, mengamankan dan mengelola kesenian tradisi untuk mewujudkan jati diri masyarakat dengan mendasarkan pada kearifan budaya lokal. Kendala yang dimiliki oleh Sanggar Tari Ersa adalah kurangnya informasi periklanan dalam mengiklankan sanggarnya. Oleh sebab itu, penulis akan membuat desain website, sehingga memudahkan Sanggar Tari Ersa untuk mengelola periklanannya dan bertujuan sebagai penarik daya minat masyarakat dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan lokal.
Tari Kreasi Griya Tari Tunas Mataram
GTTM adalah singkatan dari griya tari tunas mataram yang baru berdiri pada tanggal 28 Agustus 2022,beralamat di Kedaton timur RT 5 Pleret Pleret bantul.gttm mempunyai 2tempat latihan yaitu di sanggar dan di destinasi wisata taman benteng mataram.gttm mempunyai 4 kelas yaitu kelas A putra(khusus putra),kelas A putri (usia dasar yaitu tk-kelas 2 SD),kelas B (usia SD kelas 3-6),dan kelas C (usia smp-sma)
Sholawat Montro
Seni Montro Sukalestari berasal dari Dusun Kauman, Pleret, Bantul. Kesenian Montro ini mulanya berfungsi sebagai sarana dakwah, dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hari-hari besar Islam lainnya. Diawali pada 11 April 1939 di Kauman Pleret, Bantul, semenjak hadir Kanjeng Pangeran Yudanegara menantu HB VII untuk memberikan sentuhan-sentuhan pada lagu dan singir slawatan montro. Pada lagu iringan tampak pengaruh dari wayang orang kraton Yogyakarta dengan maca kanda. Semenjak itulah kemudian seni Montro banyak diminati dan dilakukan oleh masyarakat Kauman, Pleret Bantul.
Kata montro dalam bahasa Jawa berarti nama bunga mentimun, juga bisa berarti nama gending montro. Perbedaan antara shalawatan Maulud dan shalawatan montro adalah pada gerakan tarinya. Shalawatan Maulid hanya duduk bersila, sedangkan shalawatan montro ada gerakan tarinya. Perlengkapan instrumen pengiringnya antara lain: 4 buah rebana, 1 kendang batangan, 1 kendang ketipung, kempul, gong, dan 6 orang pelantun lagu dan seorang maca kandha. Dan kelompok penari yang juga ikut melantunkan syair lagu.
Pada pementasannya, semua duduk bersila dan hening sesuai dengan isi lantunan lagu syairnya. Kelompok penarinya pun duduk, jika ada gerak hanya sebagian badannya dan leher yang lembut, sesekali tangannya bergerak lembut di seputaran tubuhnya.