POTENSI

KESENIAN DAN PERMAINAN TRADISIONAL

Ragam/jenis permainan tradisional yang masih dikenal masyarakat 

Dakon

Dakon adalah permainan tradisional sejak jaman kerajaan Mataram sampai saat ini masih dilestarikan dan menjadi permainan favorit di kalangan anak-anak ditengah era smartphone. 

Frekuwensi Pelaksanaan Permainan : biasa dilakukan saat sore hari atau pagi hari saat libur sekolah saat anak-anak berkumpul.

Pelaku : dilakukan oleh anak-anak perempuan dan laki-laki

Engkling (Jlongjling)

Engkling (jlongjling) adalah suatu permainan melompat dengan satu kali sambil membawa satu koin di tangan melewati petak petak yang sudah digarisi dan ermainan ini sampai sekarangmasih dilakukan oleh anak-anak untuk mengisi waktu setelah belajar daring di musim pandemi ini. 

Frekuensi Pelaksanaan Permainan : di lakukan setiap anak-anak pada berkumpul di tanah lapang (halaman masjid, halaman umah warga, tenah pekaeangan kosong)

Pelaku anak-anak 

Gobag Sodor

merupakan permainan menghalangi lawan untuk mencapai garis akhir. Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Satu tim sebagai penghalang dan satu tim sebagai penyerang. Posisi penyerang dan penjaga ditukar ketika pemain penyerang disentuh oleh pemain penghalang. Gobak sodor merupakan permainan beregu. Dalam permainan ini, terdapat banyak gerakan yang tidak sederhana.

Frekuensi Pelaksanaan Permainan : di lakukan setiap Sore hari / pas hari libur sekolah di tanah lapang.

Pelaku anak-anak, remaja, dewasa

Benthik

Benthik adalah salah satu permainan anak dari Yogyakarta yang menggunakan media stik dari bahan kayu maupun bambu. Dalam buku Ensiklopedi Yogyakarta halaman 326, permainan tradisional anak-anak ini menggunakan alat bantu dari kayu pohon, ranting kayu, atau bambu dengan diameter kurang lebih 1,5 cm sebanyak dua buah, dan satu dengan panjang kurang lebih 5-10 cm. Sementara yang satu lagi dengan panjang kurang lebih 20-30 cm. Permainan ini lazimnya terdiri dari dua regu. Masing-masing regu minimal satu anak dan bertempat di bidang tanah yang cukup luas.

Masing-masing regu dan sudah menyiapkan dua stik serta membuat lubang stik. Kemudian diundi regu mana yang akan bermain terlebih dahulu. Pemain yang mendapat giliran bermain pertama akan memasang stik pendek (janak) melintang di atas lubang stik. Kemudian stik panjang (benthong) dipegang dan dimasukkan ke lubang stik melekat pada stik pendek. Tujuannya agar stik pendek ini dapat terlempar jauh ketika diungkit dengan stik panjang.

Jika stik yang terlempar dapat ditangkap oleh penjaga dan dilemparkan balik oleh penjaga atau mengenai stik panjang yang melintang di lubang stik, berarti permainan harus dilanjutkan oleh teman satu regunya karena ia dianggap mati (giliran permainan telah habis). Namun jika langkah ini berhasil dilalui, maka dilanjutkan dengan pemukulan stik pendek dengan stik panjang (namplek). Sedapat mungkin stik pendek yang dipukul tidak dapat ditangkap oleh penjaga karena bila terjadi demikian berarti mati.

Kemudian penjaga melemparkan kembali stik pendek ke arah lubang stik dan pemain berusaha memukul jauh stik pendek tersebut. Jarak jatuhnya stik pendek dari lubang stik dihitung dengan stik panjang. Langkah ketiga adalah meletakan stik pendek ke dalam lubang stik dengan posisi sejajar dengan lubang stik dan sebagian menonjol ke permukaan lubang. Setelah itu pemain memukul ujung stik dan menonjol ke permukaan lubang.

Pemain memukul ujung stik pendek yang menonjol dengan stik panjang. Ketika stik pendek terlempar ke udara, pemain segera memukul kembali ke arah lapangan. Jika stik pendek yang dipukul tadi tidak tertangkap oleh penjaga, maka tempat jatuhnya stik diukur dengan stik panjang dari lubang stik.

Jumlah nilai pada tahap ini digabungkan pada nilai yang diperoleh sebelumnya. Kemudian permainan dimulai dari langkah pertama lagi. Pada tiap-tiap langkah, jika tidak berhasil dilakukan oleh pemain, maka ia dianggap mati. Permainan dilanjutkan oleh teman satu regunya. Apabila permainan hanya satu lawan satu, maka permainan digantikan oleh penjaga.

Ada istilah ‘patil lele’ dalam permainan ini, yaitu umpan diganjal dengan batu keci, lalu disentil dengan bambu sekeras-kerasnya. Kalau bisa terlempar lebih jauh dan tidak tertangkap lawan, bisa jadi pemain tersebutlah pemenangnya.

Egrang

Egrang adalah sebuah permainan tradisional yang menggunakan sepasang bambu untuk berjalan. Bambu dibentuk seperti tongkat yang memiliki tumpuan kaki yang terbuat dari kayu. Egrang umumnya dimainkan oleh anak-anak. Egrang juga bisa digunakan dalam atraksi. Permainan egrang berguna dalam pelatihan pengendalian diri dengan menjaga keseimbangan, ke fokusan dan meningkatkan rasa percaya diri sekaligus hiburan untuk anak anak maupun dewasa 

Layangan

Layangan atau Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional yang menyenangkan dan seru, biasanya layang-layang berbentuk seperti belah ketupat. Kerangka layangan terbuat dari bambu kemudian di diberi lembaran bahan tipis (plastik) yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang nilon

Frekuensi Pelaksanaan Permainan : di lakukan setiap Sore hari / pas hari libur sekolan di tanah lapang, Sawah.

Pelaku anak-anak, remaja, dewasa

Lompat Tali

Permainan tradisional anak tempo dulu yang sampai sekarang masih di budayakan di setiap dusun di kalurahan pleret. 

Frekuwensi Pelaksanaan Permainan : biasa dilakukan saat sore hari atau pagi hari saat libur sekolah.

Pelaku : permainan lompat tali biasa dilakukan oleh anak-anak perempuan dan laki-laki

Bas-basan

Seperti Halma yang dilakukan oleh dua anak, menggunakan papan petak petak seperti papan catur, petak petak tersebut dibagi menjadi dua ruang kekuasaan, tiap kekuasaan dihuni oleh 20 prajurit. Bahan yang digunakan adalah biji-bijian sebagai simbol Prajurit tersebut 

Frekuensi Pelaksanaan Permainan : Setiap hari 

Pelaku ( Anak-anak/Orang Tua  :  Anak-anak dan dewasa 

Tangkap Bebek

Permainan bekelan

Bekel adalah sebuah permainan anak-anak. Permainan tersebut adalah sebuah permainan kuno yang biasanya dimainkan dengan lima benda kecil, atau sepuluh dalam kasus berkelompok. Di Indonesia, permainan tersebut awalnya diambil dari permainan asal Belanda yang disebut bikkelen atau bikkelspel